FENOMENA SERAGAM MUSLIM PELAJAR DI KOTA PADANG
Kontradiksi pemakaian busana muslim pada kalangan pelajar di kota padang ketika instruksi Walikota Padang No. 451-422/Bingos-iii/2005 tertanggal 27 Maret 2005 lalu dikeluarkan mulia menunjukkan fenomenanya. Meski fenomena itu tidak begitu kentara, namun bisa melecehkan makan pakaian muslim itu sendiri.
Fenomena yang dijumpai itu adalah para pelajar yang memakai jilbab pendek dan poni (rambut bagian depan) yang sengaja dikeluarkan serta rambut belakang yang digeraikan sehingga rambut itu akan tampak dari belakang. Fakta itu menunjukkan bagaimana para pelajar hanya sekedar melaksanakan instruksi Walikota tentang para pelajar harus mengenakkan pakaian muslim ke sekolah.
Mereka belum mengetahui aturan pakaian muslim serta tidak mengamalkan tata cara berpakaian muslim yang baik. Fenomena lainnya, adalah ketika jam praktek olahraga banyak juga yang tidak lagi mengenakkan jilbab, mereka hanya menggunakan training dan baju berlengan panjang, serta baju yang pendek atau berada di atas panggul sehingga jelas memperlihatkan lekuk butuh pemakainya.
Guna menertibkan fenomena tersebut sekaligus menjaga kesucian identitas pakaian muslim ada baiknya instruksi Walikota dipertegas kembali. Sekaligus sekolah memberikan peran penting dengan memberlakukan disiplin yang tegas dalam melaksanakan peraturan tata cara berpakaian muslim, caranya, dengan melakukan razia kepada para pelajar yang poninya keluar serta memakai baju yang pendek dan berada di atas panggul.
Sedangkan para pelajar mestinya lebih memperhatikan tata cara berpakaian muslim. Menurut Islam pakaian wanita berjilbab adalah kerudung y ang tidak boleh keluar atau tampak rambut dan dalamnya di bawah dada. Sedangkan untuk baju harus berada di bawah panggul dan rok menutupi mata kaki.
Pakaian seperti itu selain dapat menghindarkan diri dasri dosa juga menghindarkan diri dari niat-niat tidak baik dari orang lain. Dalam berpakaian, remaja sebaiknya jangan hanya memikirkan modisnya saja, tapi pikirkanlha juga akibat dari berpakaian yang melanggar agama yang justru merugikan diri sendiri.
TANDA-TANDA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Seorang remaja yang normal akan menunjukkan perkembangan dirinya baik secara fisik maupun psikologi semasa perlihan antara masa anak-anak dan masa dewasanya. Bila perkembangan itu terhambat atau tidak berjalan dengan semestinya, ia akan menghadapi persoalan di tahapan usianya setelah itu.
Karena itu, perkembangan di usia remaja lebih tepat disebutkan sebagai tugas yang haru dilaluinya. Karena menuntut adanya kemauan untuk melakukannya, bukan sesuatu yang datang dan berjalan sendiri seperti air mengalir. Adapun tugas-tugas itu seperti dilansir.
Pertama, remaja dapat menerima keadaan fisiknya, dan dapat memanfaatkannya secara efektif. Namun kenyataannya, sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang Film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Kemudian remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalma keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja berada dalam kesulitan besar.
Ketiga, remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Selanjutnya, mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangan pasti mereka akan lebih menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Lalu, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “Aku”, sehingga hal tersebut dijadikan pengangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain: pertumbuhan fisik yang sangat cepat, emosinya tidak stabil, perkembangan seksual sangat menonjol cara berfikirnya bersifat kauslitas (hukum sebab akibat) dan terikat erat dengan kelompoknya.
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode, yaitu:
Pertama, periode masa puber yaitu usia 12-18 tahun, yang terdiri dari masa pra pubertas, yaitu peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas, ciri-cirinya anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi dan mulai bersikap kritis.
STRATEGI MENOLAK AJAKAN SECARA ASERTIF DALAM PERGAULAN REMAJA
Pastilah bagi sebagian besar remaja, ungkapan maksud loe sangat familiar dikalangan mereka. Entah siapa yang mempopulerkannya, ungkapan ini sering kali mewarnai setiap aktifitas komunikasi dalam pergaulan remaja. Ungkapan ini meluncur begitu saja dari mulut mereka jika ada sesuatu hal yang tidak dimengerti dalam pembicaraan keseharian.
Ungkapan maksud loe memiliki makna memperjelas/meminta kejelasan tentang suatu topik pembicaraan yang sedang diperbincangkan. Kelompok remaja adalah kelompok yang sangat unik. Mulai dari cara berpakaian, mengekspresikan diri, bertingkah laku, hobby, sampai kepada gaya berkomunikasipun, kadang-kadang dianggap tidak lumrah.
Banyak sekali istilah-istilah komunikasi anak muda yang muncul dari masa kemasa. Kita pasti sudah pernah mendengar ungkapan-ungkapan seperti „so what gitu lho, „please deh, „ya⁄gitu deh, dan lain sebagainya, bahkan jika ditelusuri, setiap ungkapan yang muncul, memperlihatkan era atau masa-masa tertentu. Bahasa-bahasa dalam pergaulan itu sering disebut sebagai bahasa „prokem‰, alias diluar kebiasaan tata bahasa yang benar. Tetapi yang jelas kesemuanya itu memperlihatkan betapa anak muda atau remaja adalah kelompok yang sangat kreatif. Bagi mereka tidak peduli tata bahasa, yang penting mereka bisa bebas mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan dalam pergaulan.
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan setiap manusia. Dengan komunikasi seseorang bisa menyampaikan atau menerima suatu pesan. Pesan-pesan itulah yang digunakan untuk bertindak dan berperilaku. Begitu juga halnya dengan remaja. Hampir setiap hari sebagian besar waktu bagi remaja dihabiskan dengan teman sebaya, karena salah satu ciri khas dari masa perkembangan remaja adalah keterikatan dengan teman sebayanya. Hal ini berarti banyak sekali nilai-nilai, cara pandang, prinsip hidup, yang dipertukarkan dalam pergaulan sehari-hari. Terkadang ada hal (nilai-nilai) baik yang diserap dari pergaulan tersebut. Tapi tidak jarang ada juga beberapa hal yang negatif menjadi lebih menarik untuk ditiru oleh remaja.
Hasil penelitian mengungkapkan terjadi peningkatan kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja, yang berlanjut pada usia perkawinan usia muda dan aborsi. Meningkatnya penularan penyakit hubungan seksual dan prostitusi remaja. Ancaman lain yang sedang menanti remaja adalah meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja. Berdasarkan data Depkes RI, hingga September 2005 terdapat 4186 kasus HIV positif di Indonesia, 46,19 % terjadi pada usia 15-29 tahun (43,5 %) terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 50 % terinfeksi melalui penggunaan narkotika suntik). Fakta lain memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan berkaitan dengan kondisi kesehatan reproduksi dan seksual remaja adalah dari 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, 60 % nya berusia diantara 15-24 tahun. Dari 6.750 perempuan yang dilacurkan di Malaysia, 62, 7 % atau sekitar 4.200 perempuan berasal dari Indonesia, dan dari jumlah itu 40 % berusia di bawah 18 tahun. Selanjutnya dari sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia, 20 % diantaranya dilakukan oleh remaja yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Rentannya remaja terhadap resiko kesehatan reproduksinya merupakan konsekwensi dari tumbuh kembang mereka. Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan baik secara fisik, psikologis ataupun sosial.
Bagi sebagian remaja, perubahan ini disikapi dengan melakukan hal-hal yang negatif tapi ada juga yang justru mengambil keputusan untuk berperilaku positif dan bertanggung jawab. Kesiapan remaja untuk mampu mengambil keputusan yang benar dan bertanggung jawab tentunya berasal dari pengetahuan dan informasi yang benar dan bertanggung jawab yang mereka miliki. Sayangnya sangat susah bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar tersebut, yang tersedia justru berbagai macam bentuk media pornografi yang tentu saja berisikan informasi dan pengetahuan yang tidak bertanggung jawab. Inilah yang kemudian menjadi pemicu remaja melakukan hal-hal yang menimbulkan resiko bagi kehidupan dan masa depannya. Karena secara psikologis remaja cenderung ingin tahu segala hal dan selalu ingin mencoba sesuatu, maka media pornografi biasanya menjadi salah satu hal yang sering dicari-cari oleh remaja.
Jika kita boleh mengibaratkan, media pornografi tersebut adalah ibarat seporsi makanan yang sangat lezat dan terletak di dalam etalase kaca. Begitu menggiurkannya, ada remaja yang hanya melihat dan menahan air liur saja, ada yang berusaha mencuri secara sembunyi-sembunyi tapi gagal dan ada yang malah nekat memecahkan etalase kaca tersebut serta mengambilnya secara paksa walaupun itu bertentangan dengan norma-norma yang ada di tengah masyarakat. Lalu, apakah remaja pantas disalahkan? tentu saja jawabannya tidak, yang harus dilakukan adalah mencari solusi dari semua persoalan tersebut.
Kelompok usia remaja di Indonesia sangatlah banyak, hampir 30,3 % dari total penduduk Indonesia adalah remaja usia 10-24 tahun atau setara dengan 62 juta orang. Bayangkan betapa besar potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh remaja. Sudah saatnya kelompok remaja di pandang sebagai bagian dari pemecahan persoalan remaja itu sendiri. Remaja harus di pandang sebagai potensi masa depan dan bukan sebagai kelompok pembuat masalah (biang masalah).
Nah, apa yang bisa dilakukan teman-teman remaja untuk menghadapi berbagai resiko yang siap mengancam diri dan masa depan kita. Jika kita mau dan memiliki keinginan yang kuat, tidak sulit sebetulnya menghindarkan diri dari pengaruh buruk dari pergaulan teman sebaya kita. Masih banyak potensi yang ada di dalam diri teman- teman remaja yang bisa dikembangkan untuk menolak semua ajakan yang berbau negatif. Salah satu potensi itu adalah, keratifitas. Remaja sangat kreatif dalam menemukan semboyan atau motto hidup. Nah, salah satu kreatifitas remaja yang bisa dijadikan semboyan hidup adalah ungkapan“maksud loe” yang kita bicarakan di awal tulisan tadi.
Marilah, coba kita dalami lagi lebih lanjut. Dalam ungkapan “maksud loe” itu terkandung makna yang sangat filosofis. Langsung bisa kita pahami bahwa ungkapan tersebut bermakna “meminta penjelasan lebih lanjut” tentang sesuatu. Nah, ungkapan ini bisa digunakan oleh kita-kita remaja untuk menolak ajakan yang tidak bertanggung jawab seperti seks bebas, narkoba atau hal-hal negatif lainnya.
Kita hanya tinggal bilang “maksud loe”, setelah itu akan ada penjelasan atau argumentasi dari lawan bicara kita (teman yang mengajak tersebut). Nah, disinilah kemudian terjadi proses negosiasi dan adu argumentasi satu dengan yang lain. Juga akan terjadi proses pertukaran nilai-nilai, prinsip hidup, cara pandang, dan sebagainya. Kita bisa menegosiasikan nilai-nilai yang positif kepada teman sebaya. Kemudian tanpa kita sadari akan terbangun sebuah nilai-nilai baru dalam diri kita dan teman sebaya yang lebih baik dan bermanfaat. Tentu saja hal ini akan efektif jika dari sekarang kita sebagai remaja mulai peduli untuk melindungi diri sendiri dan teman sebaya kita. Caranya sangat gampang, yaitu dengan mencari informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi serta resiko-resikonya. Jangan mencari/ menerima informasi dari sumber-sumber yang tidak jelas kebenarannya. Setelah kita mendapatkan banyak informasi, jangan segan-segan untuk menyebarluaskannya ke teman-teman remaja yang lain dengan cara-cara yang familiar dan tidak menggurui.
Nah, ungkapan “maksud loe” adalah salah satu pintu masuk kita untuk memulai menyebarluaskan informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi, narkoba, HIV/AIDS dan yang lainnya. Ungkapan “maksud loe” memberikan peluang bagi kia untuk menyelamatkan diri dan teman sebaya yang lainya.
Nah, sangat mudah bukan, Jika suatu ketika kalian di ajak untuk melakukan hal-hal negatif, jangan bingung dan cemas. Kalian hanya tinggal bilang “maksud loe”, terus akan terjadi dialog. Nah, disitulah kalian mulai melancarkan aksi menegosiasikan prinsip hidup dan mempengaruhi prinsip orang lain.
Mulai sekarang jangan takut untuk bilang “maksud loe” kepada teman sendiri. Selamat mencoba !!!
Kontradiksi pemakaian busana muslim pada kalangan pelajar di kota padang ketika instruksi Walikota Padang No. 451-422/Bingos-iii/2005 tertanggal 27 Maret 2005 lalu dikeluarkan mulia menunjukkan fenomenanya. Meski fenomena itu tidak begitu kentara, namun bisa melecehkan makan pakaian muslim itu sendiri.
Fenomena yang dijumpai itu adalah para pelajar yang memakai jilbab pendek dan poni (rambut bagian depan) yang sengaja dikeluarkan serta rambut belakang yang digeraikan sehingga rambut itu akan tampak dari belakang. Fakta itu menunjukkan bagaimana para pelajar hanya sekedar melaksanakan instruksi Walikota tentang para pelajar harus mengenakkan pakaian muslim ke sekolah.
Mereka belum mengetahui aturan pakaian muslim serta tidak mengamalkan tata cara berpakaian muslim yang baik. Fenomena lainnya, adalah ketika jam praktek olahraga banyak juga yang tidak lagi mengenakkan jilbab, mereka hanya menggunakan training dan baju berlengan panjang, serta baju yang pendek atau berada di atas panggul sehingga jelas memperlihatkan lekuk butuh pemakainya.
Guna menertibkan fenomena tersebut sekaligus menjaga kesucian identitas pakaian muslim ada baiknya instruksi Walikota dipertegas kembali. Sekaligus sekolah memberikan peran penting dengan memberlakukan disiplin yang tegas dalam melaksanakan peraturan tata cara berpakaian muslim, caranya, dengan melakukan razia kepada para pelajar yang poninya keluar serta memakai baju yang pendek dan berada di atas panggul.
Sedangkan para pelajar mestinya lebih memperhatikan tata cara berpakaian muslim. Menurut Islam pakaian wanita berjilbab adalah kerudung y ang tidak boleh keluar atau tampak rambut dan dalamnya di bawah dada. Sedangkan untuk baju harus berada di bawah panggul dan rok menutupi mata kaki.
Pakaian seperti itu selain dapat menghindarkan diri dasri dosa juga menghindarkan diri dari niat-niat tidak baik dari orang lain. Dalam berpakaian, remaja sebaiknya jangan hanya memikirkan modisnya saja, tapi pikirkanlha juga akibat dari berpakaian yang melanggar agama yang justru merugikan diri sendiri.
TANDA-TANDA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA
Seorang remaja yang normal akan menunjukkan perkembangan dirinya baik secara fisik maupun psikologi semasa perlihan antara masa anak-anak dan masa dewasanya. Bila perkembangan itu terhambat atau tidak berjalan dengan semestinya, ia akan menghadapi persoalan di tahapan usianya setelah itu.
Karena itu, perkembangan di usia remaja lebih tepat disebutkan sebagai tugas yang haru dilaluinya. Karena menuntut adanya kemauan untuk melakukannya, bukan sesuatu yang datang dan berjalan sendiri seperti air mengalir. Adapun tugas-tugas itu seperti dilansir.
Pertama, remaja dapat menerima keadaan fisiknya, dan dapat memanfaatkannya secara efektif. Namun kenyataannya, sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang Film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Kemudian remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalma keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja berada dalam kesulitan besar.
Ketiga, remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Selanjutnya, mengetahui dan menerima kemampuan sendiri. Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangan pasti mereka akan lebih menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
Lalu, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “Aku”, sehingga hal tersebut dijadikan pengangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain: pertumbuhan fisik yang sangat cepat, emosinya tidak stabil, perkembangan seksual sangat menonjol cara berfikirnya bersifat kauslitas (hukum sebab akibat) dan terikat erat dengan kelompoknya.
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode, yaitu:
Pertama, periode masa puber yaitu usia 12-18 tahun, yang terdiri dari masa pra pubertas, yaitu peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas, ciri-cirinya anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi dan mulai bersikap kritis.
STRATEGI MENOLAK AJAKAN SECARA ASERTIF DALAM PERGAULAN REMAJA
Pastilah bagi sebagian besar remaja, ungkapan maksud loe sangat familiar dikalangan mereka. Entah siapa yang mempopulerkannya, ungkapan ini sering kali mewarnai setiap aktifitas komunikasi dalam pergaulan remaja. Ungkapan ini meluncur begitu saja dari mulut mereka jika ada sesuatu hal yang tidak dimengerti dalam pembicaraan keseharian.
Ungkapan maksud loe memiliki makna memperjelas/meminta kejelasan tentang suatu topik pembicaraan yang sedang diperbincangkan. Kelompok remaja adalah kelompok yang sangat unik. Mulai dari cara berpakaian, mengekspresikan diri, bertingkah laku, hobby, sampai kepada gaya berkomunikasipun, kadang-kadang dianggap tidak lumrah.
Banyak sekali istilah-istilah komunikasi anak muda yang muncul dari masa kemasa. Kita pasti sudah pernah mendengar ungkapan-ungkapan seperti „so what gitu lho, „please deh, „ya⁄gitu deh, dan lain sebagainya, bahkan jika ditelusuri, setiap ungkapan yang muncul, memperlihatkan era atau masa-masa tertentu. Bahasa-bahasa dalam pergaulan itu sering disebut sebagai bahasa „prokem‰, alias diluar kebiasaan tata bahasa yang benar. Tetapi yang jelas kesemuanya itu memperlihatkan betapa anak muda atau remaja adalah kelompok yang sangat kreatif. Bagi mereka tidak peduli tata bahasa, yang penting mereka bisa bebas mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan dalam pergaulan.
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan setiap manusia. Dengan komunikasi seseorang bisa menyampaikan atau menerima suatu pesan. Pesan-pesan itulah yang digunakan untuk bertindak dan berperilaku. Begitu juga halnya dengan remaja. Hampir setiap hari sebagian besar waktu bagi remaja dihabiskan dengan teman sebaya, karena salah satu ciri khas dari masa perkembangan remaja adalah keterikatan dengan teman sebayanya. Hal ini berarti banyak sekali nilai-nilai, cara pandang, prinsip hidup, yang dipertukarkan dalam pergaulan sehari-hari. Terkadang ada hal (nilai-nilai) baik yang diserap dari pergaulan tersebut. Tapi tidak jarang ada juga beberapa hal yang negatif menjadi lebih menarik untuk ditiru oleh remaja.
Hasil penelitian mengungkapkan terjadi peningkatan kasus-kasus kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja, yang berlanjut pada usia perkawinan usia muda dan aborsi. Meningkatnya penularan penyakit hubungan seksual dan prostitusi remaja. Ancaman lain yang sedang menanti remaja adalah meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja. Berdasarkan data Depkes RI, hingga September 2005 terdapat 4186 kasus HIV positif di Indonesia, 46,19 % terjadi pada usia 15-29 tahun (43,5 %) terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 50 % terinfeksi melalui penggunaan narkotika suntik). Fakta lain memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan berkaitan dengan kondisi kesehatan reproduksi dan seksual remaja adalah dari 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, 60 % nya berusia diantara 15-24 tahun. Dari 6.750 perempuan yang dilacurkan di Malaysia, 62, 7 % atau sekitar 4.200 perempuan berasal dari Indonesia, dan dari jumlah itu 40 % berusia di bawah 18 tahun. Selanjutnya dari sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia, 20 % diantaranya dilakukan oleh remaja yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Rentannya remaja terhadap resiko kesehatan reproduksinya merupakan konsekwensi dari tumbuh kembang mereka. Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan baik secara fisik, psikologis ataupun sosial.
Bagi sebagian remaja, perubahan ini disikapi dengan melakukan hal-hal yang negatif tapi ada juga yang justru mengambil keputusan untuk berperilaku positif dan bertanggung jawab. Kesiapan remaja untuk mampu mengambil keputusan yang benar dan bertanggung jawab tentunya berasal dari pengetahuan dan informasi yang benar dan bertanggung jawab yang mereka miliki. Sayangnya sangat susah bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang benar tersebut, yang tersedia justru berbagai macam bentuk media pornografi yang tentu saja berisikan informasi dan pengetahuan yang tidak bertanggung jawab. Inilah yang kemudian menjadi pemicu remaja melakukan hal-hal yang menimbulkan resiko bagi kehidupan dan masa depannya. Karena secara psikologis remaja cenderung ingin tahu segala hal dan selalu ingin mencoba sesuatu, maka media pornografi biasanya menjadi salah satu hal yang sering dicari-cari oleh remaja.
Jika kita boleh mengibaratkan, media pornografi tersebut adalah ibarat seporsi makanan yang sangat lezat dan terletak di dalam etalase kaca. Begitu menggiurkannya, ada remaja yang hanya melihat dan menahan air liur saja, ada yang berusaha mencuri secara sembunyi-sembunyi tapi gagal dan ada yang malah nekat memecahkan etalase kaca tersebut serta mengambilnya secara paksa walaupun itu bertentangan dengan norma-norma yang ada di tengah masyarakat. Lalu, apakah remaja pantas disalahkan? tentu saja jawabannya tidak, yang harus dilakukan adalah mencari solusi dari semua persoalan tersebut.
Kelompok usia remaja di Indonesia sangatlah banyak, hampir 30,3 % dari total penduduk Indonesia adalah remaja usia 10-24 tahun atau setara dengan 62 juta orang. Bayangkan betapa besar potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh remaja. Sudah saatnya kelompok remaja di pandang sebagai bagian dari pemecahan persoalan remaja itu sendiri. Remaja harus di pandang sebagai potensi masa depan dan bukan sebagai kelompok pembuat masalah (biang masalah).
Nah, apa yang bisa dilakukan teman-teman remaja untuk menghadapi berbagai resiko yang siap mengancam diri dan masa depan kita. Jika kita mau dan memiliki keinginan yang kuat, tidak sulit sebetulnya menghindarkan diri dari pengaruh buruk dari pergaulan teman sebaya kita. Masih banyak potensi yang ada di dalam diri teman- teman remaja yang bisa dikembangkan untuk menolak semua ajakan yang berbau negatif. Salah satu potensi itu adalah, keratifitas. Remaja sangat kreatif dalam menemukan semboyan atau motto hidup. Nah, salah satu kreatifitas remaja yang bisa dijadikan semboyan hidup adalah ungkapan“maksud loe” yang kita bicarakan di awal tulisan tadi.
Marilah, coba kita dalami lagi lebih lanjut. Dalam ungkapan “maksud loe” itu terkandung makna yang sangat filosofis. Langsung bisa kita pahami bahwa ungkapan tersebut bermakna “meminta penjelasan lebih lanjut” tentang sesuatu. Nah, ungkapan ini bisa digunakan oleh kita-kita remaja untuk menolak ajakan yang tidak bertanggung jawab seperti seks bebas, narkoba atau hal-hal negatif lainnya.
Kita hanya tinggal bilang “maksud loe”, setelah itu akan ada penjelasan atau argumentasi dari lawan bicara kita (teman yang mengajak tersebut). Nah, disinilah kemudian terjadi proses negosiasi dan adu argumentasi satu dengan yang lain. Juga akan terjadi proses pertukaran nilai-nilai, prinsip hidup, cara pandang, dan sebagainya. Kita bisa menegosiasikan nilai-nilai yang positif kepada teman sebaya. Kemudian tanpa kita sadari akan terbangun sebuah nilai-nilai baru dalam diri kita dan teman sebaya yang lebih baik dan bermanfaat. Tentu saja hal ini akan efektif jika dari sekarang kita sebagai remaja mulai peduli untuk melindungi diri sendiri dan teman sebaya kita. Caranya sangat gampang, yaitu dengan mencari informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi serta resiko-resikonya. Jangan mencari/ menerima informasi dari sumber-sumber yang tidak jelas kebenarannya. Setelah kita mendapatkan banyak informasi, jangan segan-segan untuk menyebarluaskannya ke teman-teman remaja yang lain dengan cara-cara yang familiar dan tidak menggurui.
Nah, ungkapan “maksud loe” adalah salah satu pintu masuk kita untuk memulai menyebarluaskan informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi, narkoba, HIV/AIDS dan yang lainnya. Ungkapan “maksud loe” memberikan peluang bagi kia untuk menyelamatkan diri dan teman sebaya yang lainya.
Nah, sangat mudah bukan, Jika suatu ketika kalian di ajak untuk melakukan hal-hal negatif, jangan bingung dan cemas. Kalian hanya tinggal bilang “maksud loe”, terus akan terjadi dialog. Nah, disitulah kalian mulai melancarkan aksi menegosiasikan prinsip hidup dan mempengaruhi prinsip orang lain.
Mulai sekarang jangan takut untuk bilang “maksud loe” kepada teman sendiri. Selamat mencoba !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar